DESAINART- Cut Meutia di lahirkan pada tahun 1870, anak dari hasil perkawinan antara Teuku Ben Daud Pirak dengan Cut Jah. Dalam perkawinan tersebut mereka dikaruniai 5 orang anak. Cut Meutia merupakan putri satu satunya di dalam keluarga tersebut, sedangkan keempat saudaranya adalah laki-laki. Saudara tertua bernama Cut Beurahim disusul kemudian Teuku Muhammadsyah, Teuku Cut Hasen dan Teuku Muhammad Ali. Ayahnya adalah seorang Uleebalang di desa Pirak yang berada dalam daerah Keuleebalangan Keureutoe.
Pemberian nama yang indah pada dirinya dengan Meutia (berarti mutiara) bukan saja karena paras wajahnya yang cantik, tetapi bentuk tubuh yang indah menyertainya. Dalam perjalanan kehidupannya Cut Meutia bukan saja menjadi mutiara keluarga dan desanya Pirak, melainkan ia telah menjadi mutiara yang tetap kemilau bagi nusantara.
Perjuangan Singkat Cut Meutia
Semasa hidupnya, Cut Meutia berjuang sebagai pahlawan wanita yang dikenal tangguh dan pantang menyerah. Istri dari Teuku Chik Tunong ini sangat gigih dalam mempertahankan barisan-barisan pertahanan pasukan wanita. Pada tahun 1905 suami Cut Meutia ditangkap penjajah Belanda dan dieksekusi hukuman mati di pesisir pantai di Lhokseumawe, hingga beliau gugur di tangan Belanda. Namun, sebelum kepergiannya, Teuku Chik Tunong sempat berpesan pada Pang Nangroe untuk menikahi istrinya apabila dirinya gugur di medan perang.
Karena mendapati amanah dan wasiat ini, akhirnya Cut Meutia dan Pang Nanggroe pun menikah. Namun, setelah menikah, Cut Meutia melanjutkan perjuangannya sebagai seorang pahlawan muslimah dari Aceh dengan memanfaatkan para pasukan perangnya untuk bergerak melawan Belanda di bawah pimpinan Teuku Muda Gantoe. Akan tetapi, agresi yang dilakukan oleh Belanda memaksa pasukan Cut Meutia untuk mundur dan melarikan diri ke hutan.
Bukanlah Cut Meutia namanya bila harus menyerah pada Belanda. Beliau kembali menyerang pos-pos Belanda bersama sisa-sisa pasukannya. Dengan semangat tempur yang menggebu, beliau berhasil melumpuhkan pasukan Belanda walaupun pada akhirnya beliau juga menjadi korban pertempuran dengan Marsose Belanda pada tahun 1910, tepatnya pada pertempuran di kawasan Alue Kurieng.
Kisah kepalawanan Cut Meutia dan atas dasar kegigihan serta keberanian beliau sebagai pahlawan wanita, rakyat Aceh memberi nama sebuah SMK di Banda Aceh dengan nama SMK Farmasi Cut Meutia. Lalu, rakyat Aceh juga memberi nama sebuah rumah sakit di daerah Aceh Utara dengan nama Rumah Sakit Cut Meutia (RSCM).
Bagi sobatart yang ingin belajar lebih lengkap bisa download file PDF di bawah ini.
0 Comments